Oleh
FAISAL*
Dalam pandangan Islam, seorang pemimpin adalah orang yang diberi amanah oleh Allah SWT. Untuk memimpin rakyat dan diakhirat kelak akan diminta pertanggung jawabannya oleh Allah SWT. Dengan demikian, meskipun seorang pemimpin dapat meloloskan diri dari tuntutan rakyatnya karena ketidak adilannya. Tetapi seorang pemimpin tidak akan mampu meloloskan diri dari tuntutan Allah SWT kelak diakhirat.
Oleh karena itu, seorang pemimpin hendaknya jangan mengganggap dirinya sebagai manusia super yang bebas berbuat dan memerintah apa saja kepada masyarakat. Akan tetapi sebaliknya, seorang pemimpin harus barusaha memposisikan dirinya sebagai pelayan dan pengayom masyarakat. Sebagaimana firman Allah dalam Al-Quran yang berbunyi:
“Rendahkanlah sikapmu terhadap pengikutmu dari kaum mukminin” (Q.S.Syu’ara:215).
Hal itu menunjukkan bahwa Allah SWT sangat perduli terhadap hambanya agar terjaga dari kezaliman para pemimpin yang kejam dan tidak bertanggung jawab. Pemerintah yang kejam dikategorikan sebagai sejahat-jahatnya pemerintahan. Sebagaimana sabda Nabi SAW yang berbunyi:
“Sesungguhnya sejahat-jahat pemerintahan yaitu yang kejam, maka janganlah kau tergolong dari mereka”(H.R.Bukhari dan Muslim).
Maka agar kaum muslimin terhindar dari pemimpin yang zalim, berhati-hatilah dalam memilih pemimpin. Pemilihan pemimpin harus betul-betul didasarkan pada kualitas, integritas, loyalitas dan yang paling penting adalah perilaku keagamaannya. Jangan memilih pemimpin karena didasarkan rasa emosional, baik karena ras, suku bangsa ataupun keturunan. Sebab jika mereka tidak dapat memimpin, rakyatlah yang akan merasakan kerugiannya.
Didalam Al-Quran ditemukan sedikitnya dua pokok sifat yang harus disandang oleh seseorang yang memikul suatu jabatan yang berkaitan dengan hak-hak masyarakat. Kedua hal tersebut harus diperhatikan dalam menentukan seorang pemimipin. Salah satu ayat yang menerangkan tentang hal itu adalah ayat yang berbunyi :
“Sesungguhnya orang yang paling baik engkau tugaskan adalah yang kuat lagi dipercaya”(Q.S.Al-Qashasa:26).
Pemimpin yang memiliki dua sifat tersebut, tidak akan berbuat atau melakukan kezaliman. Tetapi akan selalu berbuat dan bertindak sesuai dengan aspirasi rakyat. Oleh karena itu, agar kaum muslimin memiliki pemimpin yang adil, yang mampu memelihara dan menjaga rakyatnya, maka pemimpin yang dipilih adalah mereka yang betul-betul dapat dipercaya dan kuat dalam kepemimpinannya.
*Penulis adalah Mahasiswa Program S1 Filsafat Politik Islam
Fakultas Ushuluddin IAIN-SU
Minggu, 22 Maret 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar